Jumat, 23 Maret 2018

ANTRAKS


B. anthracis adalah bakterium pertama yang ditunjukkan dapat menyebabkan penyakit. Hal ini diperlihatkan oleh Robert Koch pada tahun 1877. Nama anthracis berasal dari bahasa Yunani anthrax (ἄνθραξ), yang berarti batu bara, merujuk kepada penghitaman kulit pada korban.

Menurut wikipedia Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks bermakna "batubara" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkanPenyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia. 

apa itu Bacillus anthracis ??? adalah bakterium Gram-positif berbentuk tangkai yang berukuran sekitar 1x6 mikrometer dan merupakan penyebab penyakit antraks.
Bakteria ini umumnya terdapat di tanah dalam bentuk spora, dan dapat hidup selama beberapa dekade dalam bentuk ini. Jika memasuki sejenis herbivora, bakteria ini akan mulai berkembang biak dalam hewan tersebut dan akhirnya membunuhnya, dan lalu terus berkembang biak di bangkai hewan tersebut. Saat gizi-gizi hewan tersebut telah habis diserap, mereka berubah bentuk kembali ke bentuk spora.
Bacillus anthracis mempunyai gen dan ciri-ciri yang menyerupai Bacillus cereus, sejenis bakterium yang biasa ditemukan dalam tanah di seluruh dunia, dan juga menyerupai Bacillus thuringiensis, pantogen kepada larva Lepidoptera.
Hasil gambar untuk apa itu anthrax
https://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Anthrax+meningitis

Seperti banyak anggota lain dari genus Bacillus, Bacillus anthracis dapat membentuk endospora aktif (sering disebut sebagai “spora” untuk jangka pendek, tetapi tidak boleh disamakan dengan spora jamur) yang mampu bertahan dalam kondisi yang keras selama puluhan tahun atau bahkan berabad-abad. Spora tersebut dapat ditemukan di semua benua, bahkan Antartika. Ketika spora yang terhirup, tertelan, atau berhubungan dengan lesi kulit pada host, mungkin mengaktifkan kembali dan berkembang biak dengan cepat.
Anthrax biasanya menginfeksi mamalia herbivora liar dan peliharaan yang menelan atau menghirup spora saat merumput. Proses menelan dianggap rute yang paling umum pada herbivora anthrax. Karnivora hidup di lingkungan yang sama dapat terinfeksi dengan hewan yang terinfeksi karena mengkonsumsi hewan yang terkena anthrax. Hewan sakit antraks dapat menyebarkan  pada manusia, baik dengan kontak langsung (misalnya, inokulasi darah yang terinfeksi pada kulit yang rusak) atau oleh mengkonsumsi daging hewan yang sakit.
penularan
Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus (pencernaan), paru-paru (inhalasi), atau kulit (kulit) dan menyebabkan gejala klinis yang berbeda berdasarkan situs masuknya. Secara umum, seorang manusia yang terinfeksi akan dikarantina. Namun, anthrax biasanya tidak menyebar dari manusia yang terinfeksi kepada manusia yang tidak terinfeksi. Namun, jika penyakit ini berakibat fatal pada tubuh seseorang, maka massa dari basil anthrax menjadi potensi sumber infeksi kepada orang lain dan tindakan pencegahan khusus harus digunakan untuk mencegah kontaminasi lebih lanjut. Anthrax yang terjadi secara hirup, jika tidak diobati sampai gejala yang jelas terjadi, dapat berakibat fatal.

Penjangkitan


Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Antraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia.
Bakteri B. anthracis ini termasuk bakteri gram positif, berbentuk basil, dan dapat membentuk spora. Endospora yang dibentuk oleh B. anthracis akan bertahan dan akan terus berdormansi hingga beberapa tahun di tanah. Di dalam tubuh hewan yang saat ini menjadi inangnya tersebut, spora akan bergerminasi menjadi sel vegatatif dan akan terus membelah di dalam tubuh. Setelah itu, sel vegetatif akan masuk ke dalam peredaran darah inangnya. Proses masuknya spora anthrax dapat dengan tiga cara, yaitu :
  1. inhaled anthrax, di mana spora anthrax terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan.
  2. cutaneous anthrax, di mana spora anthrax masuk melalui kulit yang terluka. Proses masukkanya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous anthrax (95% kasus).
  3. gastrointestinal anthrax, di mana daging dari hewan yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik, sehingga masih megandung spora dan termakan.

Diagnosa

Selain Gram Stain spesimen, tidak ada teknik identifikasi khusus untuk identifikasi spesies Bacillus dalam bahan klinis. Organisme ini Gram-positif tetapi dengan berjalannya waktu bisa menjadi Gram-negatif. Sebuah fitur khusus spesies Bacillus yang membuatnya unik dari mikroorganisme aerobik lainnya adalah kemampuannya untuk menghasilkan spora. Walaupun spora tidak selalu jelas pada pewarnaan Gram organisme ini, kehadiran spora menegaskan bahwa organisme adalah dari genus Bacillus.
Semua spesies Bacillus tumbuh dengan baik pada agar darah 5% Domba dan media kultur rutin. PLET (asetat polimiksin-lisozim-EDTA-thallous) dapat digunakan untuk mengisolasi B.anthracis dari spesimen terkontaminasi, dan agar-agar bikarbonat digunakan sebagai metode identifikasi untuk menginduksi pembentukan kapsul.
Bacillus sp. biasanya akan tumbuh dalam waktu 24 jam inkubasi pada 35 derajat C, di udara ambien (suhu ruang) atau di CO2 5%. Jika agar-agar bikarbonat digunakan untuk identifikasi maka media harus diinkubasi dalam CO2 5%.
B.anthracis muncul sebagai medium-besar, abu-abu, datar, tidak teratur dengan proyeksi berputar-putar, sering disebut sebagai penampilan “medusa head”, dan non-hemolitik pada agar domba 5% darah. Ini adalah non-motil, rentan terhadap penisilin dan menghasilkan zona luas lecithinase pada agar kuning telur. Konfirmasi pengujian untuk mengidentifikasi B.anthracis termasuk gamma pengujian bakteriofag, hemaglutinasi tidak langsung dan enzim terkait immunosorbent assay untuk mendeteksi antibodi.


Pencegahan

Vaksin

Sebuah vaksin Anthrax lisensi oleh Food and Drug Administration (FDA) dan diproduksi dari satu strain non-virulen dari bakteri anthrax, diproduksi oleh BioPort Corporation, anak perusahaan dari Emergent BioSolutions. Nama perdagangan BioThrax, meskipun biasa disebut Anthrax Vaksin terabsorpsi (AVA). Itu sebelumnya diberikan dalam seri primer enam-dosis pada 0, 2, 4 minggu dan 6, 12, 18 bulan, dengan penguat tahunan untuk mempertahankan kekebalan. Pada tanggal 11 Desember 2008, FDA menyetujui penghapusan dosis 2 minggu, mengakibatkan lima seri dosis dianjurkan saat ini.
Tidak seperti negara-negara NATO, Soviet mengembangkan dan menggunakan vaksin spora antraks hidup, yang dikenal sebagai vaksin IMS, diproduksi di Tbilisi, Georgia. serius Its-efek samping membatasi penggunaan untuk orang dewasa yang sehat.

Pengobatan

Anthrax tidak dapat menyebar secara langsung dari orang ke orang, tapi pakaian pasien dan tubuh dapat terkontaminasi dengan spora anthrax. Dekontaminasi yang efektif pada manusia dapat dicapai dengan menyeluruh mencuci dengan sabun efektif antimikroba dan air. Air limbah harus ditangani dengan pemutih atau agen anti-mikroba lainnya. Dekontaminasi efektif pada bahan yang terkena dapat dicapai dengan cara merebus bahan yang terkontaminasi dalam air selama 30 menit atau lebih. Klorin pemutih tidak efektif dalam menghancurkan spora dan sel vegetatif pada permukaan, namun formaldehida efektif. Pembakaran pakaian sangat efektif dalam menghancurkan spora. Setelah dekontaminasi, tidak perlu untuk mengimunisasi, mengobati atau mengisolasi kontak orang sakit dengan anthrax kecuali mereka juga terkena sumber yang sama infeksi.

Antibiotik

Pemberian awal antibiotik anthrax sangat penting- penundaan pemberian antibiotik secara signifikan mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup.
Pengobatan untuk infeksi anthrax dan infeksi bakteri lainnya termasuk dosis besar antibiotik intravena dan oral, seperti fluoroquinolones, seperti ciprofloxacin (Cipro), doksisiklin, eritromisin vankomisin, atau penicillin. FDA menyetujui penggunaan obat yang termasuk ciprofloxacin, doxycycline dan penisilin.
Dalam kasus kemungkinan anthrax inhalasi, antibiotik profilaksis pengobatan dini sangat penting untuk mencegah kematian mungkin.
Pada bulan Mei 2009, Human Genome Sciences mengajukan biologis Lisensi Aplikasi (BLA, izin untuk pasar) untuk obat baru, raxibacumab (nama merek ABthrax) yang dimaksudkan untuk pengobatan darurat anthrax inhalasi. Jika kematian terjadi dari tubuh Anthrax maka harus diisolasi untuk mencegah kemungkinan penyebaran kuman anthrax. Pemakaman tidak membunuh spora anthrax.
Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi banyak usaha untuk mengembangkan obat baru terhadap anthrax, tetapi obat yang ada juga efektif jika pengobatan dimulai sesegera mungkin.

Pencegahan

Jika seseorang diduga memiliki meninggal karena anthrax, setiap tindakan pencegahan harus diambil untuk menghindari kontak kulit dengan tubuh berpotensi terkontaminasi dan cairan memancarkan melalui lubang tubuh alami. Tubuh harus dimasukkan ke dalam karantina ketat. Contoh darah yang diambil dalam wadah tertutup dan dianalisis dalam laboratorium yang disetujui harus digunakan untuk memastikan apakah Anthrax adalah penyebab kematian. Visualisasi mikroskopik dari basil dikemas, biasanya dalam jumlah sangat besar, dalam preparat diwarnai dengan biru metilen polikrom (McFadyean) sepenuhnya untuk diagnostik, meskipun kultur organisme masih merupakan standar emas untuk diagnosis. Isolasi penuh tubuh yang terkena adalah penting untuk mencegah kontaminasi yang mungkin pada orang lain. Pelindung, pakaian kedap air dan peralatan seperti sarung tangan karet, celemek karet, dan sepatu karet tanpa lubang harus digunakan ketika menangani tubuh yang terkena anthrax. Kulit, terutama jika memiliki luka atau goresan, tidak boleh terkena. Perlengkapan pelindung sekali pakai lebih baik, tetapi jika tidak tersedia, dekontaminasi dapat dicapai dengan autoklaf. alat pelindung sekali pakai dan filter harus diautoklaf, dan / atau dibakar dan dikubur. Bacillus anthracis bacillii berkisar 0,5-5,0 pM dalam ukuran. Siapa pun yang bekerja dengan anthrax dalam korban yang dicurigai atau dikonfirmasi harus mengenakan alat pernapasan mampu penyaringan ini ukuran partikel atau lebih kecil. The US National Institute untuk Keselamatan dan Kesehatan (NIOSH) dan Tambang Keselamatan dan Kesehatan Administrasi (MSHA) menyetujui efisiensi respirator-tinggi, seperti respirator pakai setengah-wajah dengan efisiensi tinggi partikulat udara (HEPA) filter, sangat dianjurkan.
Semua tempat tidur mungkin terkontaminasi atau pakaian harus diisolasi dalam kantong plastik ganda dan diperlakukan sebagai limbah bio-bahaya yang mungkin. Korban harus disegel dalam tubuh kantong kedap udara. Korban mati yang terbuka dan tidak terbakar merupakan sumber ideal spora anthrax. Kremasi (pembakaran) korban adalah cara yang disukai dalam penanganan pembuangan tubuh. Pembalseman atau otopsi tidak boleh dicoba tanpa laboratorium dengan perlindungan Biohazard lengkap dan personil yang terlatih dan berpengetahuan.
Penundaan walau beberapa hari dapat membuat penyakit tidak dapat diobati dan pengobatan harus dimulai bahkan tanpa gejala jika mungkin  dicurigai terjadi kontaminasi atau paparan. Hewan dengan anthrax sering hanya mati tanpa gejala yang jelas. Gejala awal mungkin menyerupai dingin sakit tenggorokan biasa, demam ringan, nyeri otot dan malaise. Setelah beberapa hari, gejala dapat berlanjut ke masalah pernafasan parah dan shock dan akhirnya kematian. Kematian dapat terjadi dari sekitar dua hari sampai sebulan setelah terpapar dengan tubuh yang mati karena anthrax dan tampaknya memuncak pada sekitar 8 hari setelah terpapar. Deteksi dini sumber infeksi anthrax dapat memungkinkan tindakan pencegahan yang harus diambil.


Jumat, 16 Maret 2018

Apa Itu Veteriner ?

Gambar terkait
Istilah veteriner berasal dari kata veterinaire atau veterinary Saat masih menggunakan peraturan perundangan veteriner dan polisi khusus kehewanan, veteriner dapat diartikan kehewanan atau segala aspek yang berkenaan dengan hewan ternak berikut produk-produknya yang mempunyai nilai dan manfaat untuk kesejahteraan masyarakat.  Adapun dalam peraturan perundang-undangan yang baru (2009) mengenai peternakan dan kesehatan hewan, veteriner didefinisikan dan diartikan segala urusan yang berkaitan dengan hewan dan penyakit hewan Pengertian ini ditujukan juga untuk kesehatan masyarakat dan kesejahteraannya Dengan demikian, pengertian veteriner pada hakikatnya pengelolaan hewan dan ternak serta produk hasil hewan ternak dengan sebaik-baiknya dengan kaidah yang benar untuk kesejahteraan manusia.

Sesuai peraturan perundangan yang berlaku saat ini hewan ternak sebagai salah satu sumber untuk kemakmuran sehingga menjadi kewajiban pemerintah untuk mengatur, mendorong, dan memfasilitasi pemeliharaan serta mengembangkan dengan sebaikbaiknya agar tercapai maksud pengelolaan dan penggunaan hewan ternak secara lestari Oleh karena itu, penyelenggaraannya mutlak untuk mempertahankan status kesehatan hewan nasional, melindungi wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dari ancaman penyakit dan/atau gangguan kesehatan manusia, hewan, dan ekosistemnya, serta memberikan jaminan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal.

Penanganan dan pengelolaan bidang veteriner tidak bisa berdiri sendiri tanpa berhubungan dengan bidang yang lainnya. Bidang veteriner sebagai potensi memiliki berbagai unsur dan segmentasi yang saling berhubungan dan saling berkait, mulai dari praproduksi, masa produksi, dan pascaproduksi hingga dikonsumsi atau dimanfaatkan masyarakat Dengan demikian, pengawasannya tentu dimulai dari bagaimana berproduksi yang baik dan benar yang memenuhi syarat teknis kesehatan hewan, teknik dan metode pengolahan (processing) yang dipersyaratkan, pengangkutan/ transportasi dalam lalu lintas perdagangannya yang memenuhi persyaratan karantina, peredaran, penyebaran dan pemasarannya yang memerlukan kaidah kesehatan masyarakat veteriner dan kehalalan yang lazim dikenal aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).

Satu atau dua dekade terakhir bidang veterenir ini telah berkembang pesat dalam beberapa cabang ilmu terapan, antara Iain ekonomi veteriner Ilmu tersebut membahas manfaat dalam perekonomian yang berkaitan dengan kasus kejadian wabah penyakit hewan dan pengawasan lalu lintas yang segala kegiatan aktivitasnya memerlukan biaya (cost) dalam penyelenggaraannya. Dengan demikian, aspek ekonomi menjadi pertimbangan penting dikaitkan dengan penanganan penyakit dalam jangka waktu tertentu untuk pengambilan keputusan.  Ketika terjadi kasus wabah penyakit hewan menular tertentu pada suatu daerah/negara yang masih bebas penyakit, apakah akan dilakukan dan diterapkan kebijakan tindakan pemusnahan massal (stamping out policy) untuk menghentikan atau menghambat penyebaran penyakit. Oleh karena itu, harus menghitung atau menganalisis untung-ruginya dan lama waktu pemulihan hingga bebasnya kembali penyakit hewan menular tersebut.  Misalnya, kasus wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Indonesia yang telah dinyatakan bebas sejak tahun 1986 dan mendapat pengakuan (deklarasi) internasional oleh Office International des Epizooties (OlE) pada bulan Oktober tahun 1990 terjadi kerugian ekonomi sebesar 11,59 triliun rupiah, termasuk keperluan dana untuk operasional antisipasinya (Naipospos, 200)

Pengawasan lalu lintas dalam perkarantinaan veteriner memerlukan infrastruktur, seperti laboratorium veteriner untuk diagnostik, penyakit-penyakit berbahaya, serta uji mutu produk hasil ternak Selain itu, tentu membutuhkan sumber daya manusia yang andal dan profesional, pembiayaan (cost) pengawasan, pengujian mutu, dan standar komoditas yang dipersyaratkan dalam perdagangan internasional sehingga perkarantinaan veteriner menjadi bagian dari perekonomian dan dikenal dengan economic tools.

Berdasarkan uraian tersebut, pengawasan veteriner memerlukan kebijakan dan keputusan yang bersifat teknis yang berpengaruh luas terhadap masyarakat untuk kepentingan bangsa dan negara dan harus pula dijalankan serta dilaksanakan oleh unit lembaga berkompeten, yaitu otoritas veteriner. Dengan dikeluarkannya undang-undang yang mengatur perkarantinaan serta undang-undang yang mengatur peternakan dan kesehatan hewan yang baru (tahun 2009), pengawasan veteriner akan semakin kuat landasan hukumnya.


Jumat, 09 Maret 2018

Apakah itu NPV, IRR, SOCC, Net B/C dan PV?



1. NPV (Net Present Value)
NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan. Net Present Value (NPV) merupakan keuntungan bersih yang berupa nilai bersih sekarang berdasarkan jumlah dari Present Value (PV). 

Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah:
Dimana:
NB = Net benefit = Benefit – Cost
C   = Biaya investasi + Biaya operasi
= Benefit yang telah didiskon
= Cost yang telah didiskon
i     = diskon faktor
n    = tahun (waktu)

Berikut ini merupakan hubungan antara nilai NPV dalam hubungannya dengan kelayakan suatu proyek/usaha:
KriteriaKesimpulan
NPV>0Proyek/usaha layak untuk dilaksanakan
NPV=0Proyek/usaha berada di dalam keadaan BEP dimana TR = TC dalam bentuk persent value
NPV<0Proyek/usaha tidak layak untuk dilaksanakan


B. IRR (Internal Rate of Return)
IRR adalah suatu nilai petunjuk yang identik dengan seberapa besar suku bunga yang dapat diberikan oleh investasi tersebut dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku umum (suku bunga pasar atau Minimum Attractive Rate of Return/MARR). Pada suku bunga IRR akan diperoleh NPV=0, dengan kata lain bahwa IRR tersebut mengandung makna suku bunga yang dapat diberikan investasi, yang akan memberikan NPV = 0. Syarat kelayakannya yaitu apabila IRR> suku bunga MARR.
Menurut  Gray et  al  (2007)  IRR  merupakan discount  rate  yang  membuat NPV sama dengan nol, tetapi tidak ada hubungannya sama sekali dengan discount 41 rate yang dihitung berdasarkan data di luar proyek sebagai social opportunity cost of  capital (SOCC) yang  berlaku  umum  di  masyarakat  (bunga  deposito). Untuk menghitung IRR sebelumnya harus dicari discount rate yang menghasilkan NPV positif,  kemudian  dicari discount  rate  yang  menghasilkan  NPV  negatif.  Langkah selanjutnya adalah melakukan interpolasi dengan rumus berikut:
Keterangan:     IRR = Internal Rate of Return
i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+
i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-
NPV1=Net Present Value bernilai positif
NPV2= Net Present Value bernilai negatif

Menurut Yacob Ibrahim, Internal Rate of Return atau IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0. IRR memiliki tiga nilai yang masing-masing memiliki arti terhadap kriteria investasi, yaitu:
1) IRR  < SOCC, hal  ini  berarti  bahwa  usaha  atau  proyek  tersebut  tidak  layak secara finansial.
2) IRR  = SOCC, hal  ini  juga  berarti  bahwa  usaha  atau  proyek  tersebut berada dalam keadaan break even point.
3) IRR > SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara finansial.
3. Net B/C
Net B/C merupakan nilai manfaat yang bisa didapatkan dari proyek atau
usaha setiap kita mengeluarkan biaya sebesar satu rupiah untuk proyek atau usaha
tersebut. Net B/C merupakan perbandingan antara NPV positif dengan NPV
negatif. Nilai Net B/C memiliki arti sebagai berikut:
1) Net B/C > 1, maka berarti proyek atau usaha layak dijalankan secara
finansial.
2) Net B/C = 1, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut berada
dalam keadaan break even point.
3) Net B/C < 1, maka berarti proyek atau usaha tidak layak dijalankan secara
finansial.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Net B/C adalah:
d. PV (Present Value)
Rumus untuk menghitung PV adalah :
Di mana: PV = Present value
CF = Cash flow
n = periode waktu tahun ke n
m = periode waktu
r = tingkat bunga
Sv = salvage value
Bila nilai PV lebih kecil dari original outlays (OO) atau original cost (harga beli), berarti tidak feasible/tidak layak dijalankan.

from: https://chittaniadevitasari.wordpress.com/2011/11/03/apakah-itu-npv-pv-irr-dan-socc/ 

Selasa, 06 Maret 2018

MENGENAL PENYAKIT SURRA


Trypanosomiasis atau Surra adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh agen Trypanosoma evansi dan ditularkan melalui gigitan lalat penghisap darah (haematophagus flies). Agen T. evansi telah tersebar luas di kawasan Asia Tenggara, Afrika dan Amerika Selatan (Jones TW et al.,1996 ; Powar RM et al., 2006). Pada wilayah yang berbeda tersebut, parasit ini dapat menyerang berbagai spesies hewan. Di Amerika Selatan, kasus penyakit Surra paling sering ditemukan pada kuda. Hewan yang terinfeksi di Cina umumnya kuda, kerbau, dan rusa. Di Timur Tengah dan Afrika parasit ini menyerang unta, dan di Asia Tenggara penyakit Surra dapat ditemukan pada kuda, sapi, dan kerbau.


Trypanosoma evansi diperkirakan masuk ke Asia Tenggara melalui ternak impor asal India (Payne et al., 1991). Kasus penyakit Surra pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1897 pada populasi kuda di Pulau Jawa. Selanjutnya wabah Surra dilaporkan terjadi pada sapi dan kerbau di Jawa Timur.

Penyebab 
Penyakit Surra disebabkan oleh protozoa yang merupakan parasit darah, yaitu Trypanosoma evansi. Parasit ini dapat ditemukan di dalam sirkulasi darah pada fase infeksi akut. T. evansi memiliki ukuran panjang 15 to 34 μm dan dapat membelah (binary fission) untuk memperbanyak diri. Bentuknya yang khas seperti daun atau kumparan dicirikan dengan adanya flagella yang panjang sebagai alat gerak. Di bagian tengah tubuh terdapat inti. Salah satu ujung tubuh berbentuk lancip, sedangkan ujung tubuh yang lain agak tumpul dan terdapat bentukan yang disebut kinetoplast. 

Sifat Agen 
Trypanosoma evansi merupakan parasit yang bersirkulasi dalam sistem peredaran darah. Parasit ini mengambil glukosa sebagai sumber nutrisinya sehingga apabila hewan terinfeksi tidak memperoleh asupan nutrisi yang baik maka akan terjadi penurunan kadar gula dalam darah. Kemampuan T. evansi menghasilkan racun (trypanotoxin) dan melisiskan sel darah merah akan berujung kepada kondisi anemia pada hewan inang (host). T. evansi tidak mampu bertahan hidup lama, baik di lingkungan maupun pada bangkai hewan (OIE, 2009). Parasit ini hanya mampu hidup kurang dari 1 jam di dalam karkas pada temperatur ruang. Di lingkungan, ekspos terhadap sinar matahari selama 30 menit akan mematikan trypanosoma. Pada peralatan yang terkontaminasi darah segar, trypanosoma dapat bertahan dalam waktu singkat, kemudian mati setelah darah menjadi kering.

Kondisi imunosupresi 
penurunan daya tahan tubuh yang parah dapat terjadi pada infeksi olehagen Trypanosoma evansi. Akibatnya hewan inang menjadi lebih rentan terhadap infeksi sekunder. Respon imun tubuh inang untuk membentuk antibodi pasca vaksinasi juga mengalami penurunan. Program vaksinasi penyakit viral atau bakterial pada hewan yang terinfeksi T. evansi harus ditunda hingga kondisi ternak membaik setelah diberikan pengobatan trypanosidal.

Gejala Klinis 
Gejala klinis yang tampak pada hewan bervariasi tergantung pada keganasan/virulensi agen T. evansi, jenis hewan (host) yang terinfeksi dan faktor lain yang dapat menimbulkan stress. Lama waktu antara awal infeksi dan munculnya gejala klinis (masa inkubasi) bervariasi, rata – rata 5 sampai 60 hari pada infeksi akut. Akan tetapi penyakit Surra umumnya berlangsung kronis (chronic infection) dengan angka kematian yang rendah sehingga pernah dilaporkan masa inkubasi yang lebih lama yaitu 3 bulan. Setelah masa inkubasi, dalam waktu kurang dari 14 hari akan ditemukan parasit yang beredar dalam sirkulasi darah (parasitemia). Manisfestasi klinis penyakit Surra dapat berupa gejala demam berulang (intermiten) akibat parasitaemia. Parasitemia sangat tinggi variasinya selama masa infeksi: tinggi pada awal infeksi, rendah selama infeksi berjalan kronis dan hampir tidak ada pada hewan pembawa agen (carrier). 
Gejala lain diantaranya penurunan berat badan, pembengkakan limfonodus prescapularis kiri dan kanan, kelemahan otot tubuh, oedema pada anggota tubuh bagian bawah seperti kaki dan abdomen, urtikaria pada kulit, perdarahan titik (petechial haemorrhages) pada membran serous kelopak mata, hidung dan anus, keguguran (abortus), dan gangguan syaraf. Penurunan imunitas tubuh (imunosupresi) juga ditemui sehingga hewan inang menjadi rentan terhadap infeksi sekunder.

Patologi Anatomi 
Pada pemeriksaan pasca hewan mati (post-mortem examination), perubahan patologi anatomi yang ditemukan umumnya tidak spesifik. Pada hewan yang mati dapat diamati kondisi kekurusan (emaciation), perdarahan titik (petechial haemorrhages) pada beberapa organ internal, penumpukan cairan abnormal baik pada rongga dada (hydrothorax) maupun pada rongga perut (ascites), kelenjar pertahanan/limfonodus dan organ limpa tampak lebih besar daripada ukuran normal (lymphadenopathy dan splenomegaly).

Pengujian Laboratorium 
Dikarenakan gejala klinis infeksi T. evansi tidak bersifat khas (patognomonis), maka pemeriksaan gejala klinis sebaiknya juga ditunjang dengan pengujian di laboratorium untuk konfirmasi agen penyebab. Uji parasit, uji serologi dan uji molekuler merupakan teknik pengujian yang digunakan untuk diagnosis konfirmatif di laboratorium. Uji parasit diantaranya pemeriksaan haematologi (mikroskopik), microhematocrit centrifugation technique (MHCT) dan mouse inoculation test (MIT). Uji serologi dapat dilakukan dengan metode card agglutination test for trypanosomes (CATT) dan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), sedangkan uji molekuler menggunakan polymerase chain reaction (PCR).

Pengambilan dan Pengiriman Sampel 
Untuk keperluan pengujian laboratorium, sampel yang dapat diambil antara lain sampel darah utuh (dengan heparin atau EDTA), ulas darah, serum, sampel jaringan (misalnya otak, jantung, paru-paru, limpa, sum-sum tulang) yang difiksasi dalam formalin. Sampel darah diperoleh dari pembuluh vena perifer antara lain vena pada bagian telinga atau ekor. Pengambilan sampel darah sebaiknya dilakukan pada saat hewan mengalami demam dimana pada saat itu terjadi parasitemia tinggi di dalam sirkulasi darah. Sedangkan untuk pemeriksaan serologis, sampel darah dapat diambil dari pembuluh vena besar seperti vena pada daerah leher (vena jugularis). Sebelum pengambilan sampel darah, dipastikan dulu bahwa ujung jarum suntik telah disterilkan dengan alkohol. Pengambilan darah disarankan menggunakan satu suntikan (syringe) atau satu tabung koleksi darah (blood collection tube) untuk satu ekor hewan untuk mencegah penularan silang. Sampel darah utuh dan sampel serum harus disimpan pada suhu dingin (4oC) di dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya dan pada saat pengiriman jangan dibekukan (frozen). Parasit T. evansi dapat bertahan selama 48 jam di dalam sampel darah pada suhu dingin (refrigerated blood) selama 48 jam (Reid et al., 2001). Preparat ulas darah dapat disimpan pada suhu ruang di dalam wadah kantong plastik. Dalam hal pengiriman, semua sampel harus menggunakan wadah yang tidak bocor (leakproof containers) dan tetap menggunakan prinsip rantai dingin (cold chain). Setiap sampel yang dikirimkan ke laboratorium harus disertai dengan keterangan yang memadai. 

 PENGENDALIAN PENYAKIT SURRA 
Upaya yang perlu dilakukan untuk pengendalian terhadap penyakit Surra yaitu dengan menekan vector lalat Tabanus di sekitar kandang ternak. Cara efektif adalah menjaga lingkungan kandang tetap bersih dari limbah pakan ternak yang menumpuk disekitar kandang dan melakukan control lalat dengan obat anti lalat. Obat anti lalat yang beredar di pasaran antara lain Gusanex, Ralat, dll. Tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap penderita Surra dengan preparat obat Naganol, Surramin (tidak beredar lagi di Indonesia) Triponyl, Trypamidium, Vetquin. Agar efektif pengobatan kasus positif Surra dilakukan pengobatan 2(dua) kali interval 1 minggu dan untuk pencegahan dapat dilakukan pengobatan 1 (satu) kali di lingkungan ternak yang ada kasus

Rabu, 10 Mei 2017

MENAFSIR BERAT BADAN SAPI



Tilik Ternak
eksterior atau tilik ternak adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk menentukan atau meramalkan prestasi dari suatu ternak. Sesuai tujuan pemeliharaan sekaligus untuk menilai tingkat pemurnian bangsa ternak dan merupakan alat bantu pelaksanaan program seleksi ternak dalam rangka perbaikan mutu genetik kelompok ternak.
Untuk melakukan penilaian terhadap hasil karkas, perlu dipelajari dan diketahui terlebih dahulu tentang pembagian karkas Sapi. Sebab dengan mengetahui pembagian karkas tersebut, para peternak ataupun tukang potong akan mampu melakukan penilaian dengan betul.
Untuk menentukan bakalan yang akan dipilih dalam usaha penggemukan, dapat ditentukan berdasarkan penampilan sapi dengan melakukan penilaian/scoring. Dimana  dengan skor tubuh (1) terlihat tidak adanya lemak pada pangkal ekor dan iga pendek, sapi dengan penampilan seperti itu dapat dikatakan terlalu kurus, bermutu rendah dan mungin sebelumnya pernah sakit. Sapi dengan iga pendek terlihat dan terasa sudah agak tumpul, pada pangkal ekor terhadap sedikit lemak mendapatkan skor tubuh (2), dengan mutu yang cukup. Sapi dengan skor tubuh (3), iga pendek sulit untuk dirasakan, pangkal ekor mulai gemuk, dan kantong pelir sudah mulai terisi. Sapi dengan skor tubuh (4), telah mencapai tingkat gemuk sehingga penambahan berat badan selanjutnya akan menjadi mahal dan tidak menguntungkan
Penilaian ini untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui ketipisan, kerapatan, serta perlemakannya. Bagian-bagian daerah perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi meliputi ; bagian rusuk, bagian Tranversusprocessuspada tulang belakang, bagian pangkal ekor, bagian bidang bahu. Penilaian tersebut dilakukan pada setiap individu ternak sapi yang akan dipilih dengan cara mengisihkan skor yang sesuai dengan penilaian melalui pengamatan, pandangan dan perabaan. Dalam hal ini penilaian harus dilakukan sesubjektif mungkin. Untuk menunjang hasil yang lebih akurat, penilaian tersebut lazimnya dilengkapi lagi dengan pengukuran bagian-bagian tubuh yaitu tinggi pundak/ gumba, panjang badan, lingkar dada dan dalam dada


Pendugaan Bobot Badan
Penafsiran berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot tubuh ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu jumlahnya terbatas.
Rumus penentuan berat badan sapi berdasar ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa tubuh ternak sapi berupa tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot tubuh biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah Rumus yang telah dikenal adalah rumus Schoorl yang mengemukakan  pendugaan bobot ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut :

Bobot badan (kg) =   (lingkar dada (cm) + 22)2
         100
Selain itu penafsiran berat badan dapat pula dilakukan dengan pengamatan visual yaitu memperkirakan berat badan ternak yang diamati. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan DWT (Daily  Cow Weighting Tape) yaitu dengan melingkarkan DWT pada sternum 3-4 dan angka yang ditunjuk pada pita ukur itu menunjukkan berat badan ternak. Cara penafsiran yang merupakan cara untuk mengetahui berat badan ternak adalah penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan ternak / neraca. Besar atau kecil, stationer atau portabel, timbangan merupakan bagian yang sangat diperlukan dalam tehnik-tehnik pengukuran.
Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian kita menafsir berat sapi tersebut. Metode ini perlu kejelian dan latihan yang banyak supaya taksirannya hampIr mendekati benar. Dan juga metode ini banyak dipakai oleh para pedagang hewan

 Pengukuran Tubuh Sapi
Pengukuran ukuran tubuh ternak sapi dipergunakan untuk menduga bobot badan seekor ternak sapi dan sering kali di pakai juga sebagai parameter teknis penentuan sapi bibit dan menentukan umur sapi tersebut.
Berdasarkan ketentuan kontes dan pameran ternak nasional, yang termasuk dalam “statistik vital” pada ternak sapi meliputi ukuran tinggi gumba, panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, lebar punggung, lebar pinggul, panjang pinggul, panjang kepala, lebar kepala, berat badan, dan umur.
Ukuran “statistik vital” dari organ tertentu jika dikaitkan dengan umur akan menggambarkan keharmonisan perkembangan tubuh dan produktivitas (pertumbuhan). Karena itu, pertumbuhan organ-organ tertentu berkorelasi dengan berat badan.  Pengukuran dimensi dimaksudkan pelaksanaan dengan mengukur dimensi tubuh luar ternak atau ukuran

A. Ukuran Tinggi :
a)      Tinggi Pundak, tinggi gumba ialah jarak tegak lurus dari titik tertinggi pundak sampai ketanah atau lantai, alat yang digunakan adalah tongkat ukur.
b)      Tinggi punggung ialah jarak tegak lurus dari taju duri ruas tulang punggung atau processus spinosus vertebrae thoracaleyang terakhir sampai ke tanah . Titik ini mudah didapat dengan menarik garis tegak lurus tepat diatas pangkal tulang rusuk terakhir.
c)      Tinggi pinggang  ialahjarak tegak lurus dari titik antara tulang lumbar vertebrae 3-4, tepat melalui legok lapar sampai ke tanah ( lantai ).
d)     Tinggi pinggul ialah jarak tegak lurus dari titik tertinggi pada os sacrum pertama sampai ke tanah.
e)      Tinggi kemudi, jarak tegak lurus dari os sacrum ( sacrale ), tepat melalui tengah- tengah tulang ilium sampai ke tanah.
f)         Tinggi pangkal ekor ialah jarak tegak lurus dari titik pangkal ekor, sampai ke tanah.
g)      Alat yang dipakai untuk mengukur tinggi bagian- bagian tubuh diatas adalah tongkat ukur.

B. Ukuran Panjang :
a.       Panjang kepala jarak dari puncak kepala sampai ujung moncong.
b)      Panjang badan ; diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku ( humerus ) sampai benjolan tulang tapis ( tuber ischii ).
c)      Panjang menyilang badan, jarak yang diukur antara  tulang benjolan bahu sampai tulang duduk disisi lainnya. Diukur dengan memakai pita ukur.
d)     Panjang kemudi; panjang kelangkang; panjang pelvis, jarak antara tuber coxae dan tuber ischii pada sisi sama.
e)      Panjang telinga, jarak antara ujung telinga sampai pangkal telinga bagian dalam. Dapat diukur dengan penggaris atau pita ukur.
f)       Panjang tanduk, diukur dengan pita ukur. Jarak antara ujung tanduk sampai kedasar tanduk.
Selain yang telah disebutkan alat- alatnya, dapat juga digunakan tongkat ukur, jangka sorong atau caliper

C. Ukuran Lebar :
a)      Lebar dada, jarak terbesar pada yang diukur tepat dibelakang antara kedua benjolan siku luar, yaitu tepat pada tempat mengukur lingkar dada.
b)      Lebar pinggang, jarak diukur antara taju horizontal yaitu pada tulang lumbale 3-4.
c)      Lebar pinggul, jarak antara tuber coxae pada sisi kiri dan kanan.
d)     Lebar kemudi, jarak terlebar antara sisi luar kiri dan kanan tulnag pelbis atau os illium melalui os sacrum 3-4.
e)      Lebar pantat, lebar tulang tapis atau lebar tulang duduk, jarak antara kedua benjolan tuber ischii kiri dan kanan.
f)       Lebar kepala, jarak terbesar antara kedua lengkungan tulang mata sebelah atas luar kiri dan kanan.

D. Ukuran Dalam :
Dalam dada. Jarak titik tertinggi pundak ( gumba ) sampai tulang dada dan diukur melalui serta merta dibelakang siku.

E. Ukuran Lingkar :
a)      Lingkar dada. Lingkaran yang diukur pada dada serta merta atau persis dibelakang siku, tegak lurus dengan sumbu tubuh.
b)      Lingkar perut . lingkaran yang diukur di daerah perut.yang memliki lingkaran besar, melalui serta merta di belakang tulang rusuk terakhir dan tegak lurus dengan sumbu tubuh.
c)      Lingkar flank. Lingkaran yang diukur di daerah flank, melalui tuber coxae serta merta depan ambing atau skrotum.
d)     Lingkar pantat, lingkar  round. Lingkaran yang diukur pada pantat, dari tulang patella kiri sampai tulang patella kanan, kearah belakang serta membentuk penampang sejajar dengan lantai.
e)      Lingkar tulang pipa. Lingkaran yang diukur ditengah- tengah tulang pipa, yaitu pada bagian yang terkecil dan terbulat.
f)       Lingkar skrotum. Lingkaran yang diukur pada bagian terbesar skrotum; terlebih dulu skrotum telah ditarik kearah bawah sehingga terdapat kedua testesnya.
g)      Lingkar tubuh.
h)      Lingkar mulut, lingkar moncong. Lingkaran yang diukur tepat pada akhir sudut bibir, ialah pada batas antara kepala dan moncong.

KEADAAN GIGI

Pertumbuhan gigi seri seekor ternak dapat digunakan untuk pendugaan umur ternak. pendugaan  
 umur berdasarkan gigi seri dapat digunakan pada ternak umur 1-6 tahun.
1.      Gigi susu penuh, belum ditemukan gigi seri permanen = dibawah 2 tahun
2.      2 gigi seri permanen = 2 tahun 3 bulan
3.      4 gigi seri permanen = 3 tahun
4.      6 gigi seri permanen = 3 tahun 6 bulan
5.      8 gigi seri permanen = 4 tahun
6.      Gigi seri permanen tampak aus = sapi tua, lebih dari 4 tahun

ANTRAKS

B. anthracis  adalah bakterium pertama yang ditunjukkan dapat menyebabkan penyakit. Hal ini diperlihatkan oleh Robert Koch pada tahun 1877...