Rabu, 10 Mei 2017

MENAFSIR BERAT BADAN SAPI



Tilik Ternak
eksterior atau tilik ternak adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk menentukan atau meramalkan prestasi dari suatu ternak. Sesuai tujuan pemeliharaan sekaligus untuk menilai tingkat pemurnian bangsa ternak dan merupakan alat bantu pelaksanaan program seleksi ternak dalam rangka perbaikan mutu genetik kelompok ternak.
Untuk melakukan penilaian terhadap hasil karkas, perlu dipelajari dan diketahui terlebih dahulu tentang pembagian karkas Sapi. Sebab dengan mengetahui pembagian karkas tersebut, para peternak ataupun tukang potong akan mampu melakukan penilaian dengan betul.
Untuk menentukan bakalan yang akan dipilih dalam usaha penggemukan, dapat ditentukan berdasarkan penampilan sapi dengan melakukan penilaian/scoring. Dimana  dengan skor tubuh (1) terlihat tidak adanya lemak pada pangkal ekor dan iga pendek, sapi dengan penampilan seperti itu dapat dikatakan terlalu kurus, bermutu rendah dan mungin sebelumnya pernah sakit. Sapi dengan iga pendek terlihat dan terasa sudah agak tumpul, pada pangkal ekor terhadap sedikit lemak mendapatkan skor tubuh (2), dengan mutu yang cukup. Sapi dengan skor tubuh (3), iga pendek sulit untuk dirasakan, pangkal ekor mulai gemuk, dan kantong pelir sudah mulai terisi. Sapi dengan skor tubuh (4), telah mencapai tingkat gemuk sehingga penambahan berat badan selanjutnya akan menjadi mahal dan tidak menguntungkan
Penilaian ini untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui ketipisan, kerapatan, serta perlemakannya. Bagian-bagian daerah perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi meliputi ; bagian rusuk, bagian Tranversusprocessuspada tulang belakang, bagian pangkal ekor, bagian bidang bahu. Penilaian tersebut dilakukan pada setiap individu ternak sapi yang akan dipilih dengan cara mengisihkan skor yang sesuai dengan penilaian melalui pengamatan, pandangan dan perabaan. Dalam hal ini penilaian harus dilakukan sesubjektif mungkin. Untuk menunjang hasil yang lebih akurat, penilaian tersebut lazimnya dilengkapi lagi dengan pengukuran bagian-bagian tubuh yaitu tinggi pundak/ gumba, panjang badan, lingkar dada dan dalam dada


Pendugaan Bobot Badan
Penafsiran berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot tubuh ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu jumlahnya terbatas.
Rumus penentuan berat badan sapi berdasar ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa tubuh ternak sapi berupa tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot tubuh biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah Rumus yang telah dikenal adalah rumus Schoorl yang mengemukakan  pendugaan bobot ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut :

Bobot badan (kg) =   (lingkar dada (cm) + 22)2
         100
Selain itu penafsiran berat badan dapat pula dilakukan dengan pengamatan visual yaitu memperkirakan berat badan ternak yang diamati. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan DWT (Daily  Cow Weighting Tape) yaitu dengan melingkarkan DWT pada sternum 3-4 dan angka yang ditunjuk pada pita ukur itu menunjukkan berat badan ternak. Cara penafsiran yang merupakan cara untuk mengetahui berat badan ternak adalah penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan ternak / neraca. Besar atau kecil, stationer atau portabel, timbangan merupakan bagian yang sangat diperlukan dalam tehnik-tehnik pengukuran.
Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian kita menafsir berat sapi tersebut. Metode ini perlu kejelian dan latihan yang banyak supaya taksirannya hampIr mendekati benar. Dan juga metode ini banyak dipakai oleh para pedagang hewan

 Pengukuran Tubuh Sapi
Pengukuran ukuran tubuh ternak sapi dipergunakan untuk menduga bobot badan seekor ternak sapi dan sering kali di pakai juga sebagai parameter teknis penentuan sapi bibit dan menentukan umur sapi tersebut.
Berdasarkan ketentuan kontes dan pameran ternak nasional, yang termasuk dalam “statistik vital” pada ternak sapi meliputi ukuran tinggi gumba, panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, lebar punggung, lebar pinggul, panjang pinggul, panjang kepala, lebar kepala, berat badan, dan umur.
Ukuran “statistik vital” dari organ tertentu jika dikaitkan dengan umur akan menggambarkan keharmonisan perkembangan tubuh dan produktivitas (pertumbuhan). Karena itu, pertumbuhan organ-organ tertentu berkorelasi dengan berat badan.  Pengukuran dimensi dimaksudkan pelaksanaan dengan mengukur dimensi tubuh luar ternak atau ukuran

A. Ukuran Tinggi :
a)      Tinggi Pundak, tinggi gumba ialah jarak tegak lurus dari titik tertinggi pundak sampai ketanah atau lantai, alat yang digunakan adalah tongkat ukur.
b)      Tinggi punggung ialah jarak tegak lurus dari taju duri ruas tulang punggung atau processus spinosus vertebrae thoracaleyang terakhir sampai ke tanah . Titik ini mudah didapat dengan menarik garis tegak lurus tepat diatas pangkal tulang rusuk terakhir.
c)      Tinggi pinggang  ialahjarak tegak lurus dari titik antara tulang lumbar vertebrae 3-4, tepat melalui legok lapar sampai ke tanah ( lantai ).
d)     Tinggi pinggul ialah jarak tegak lurus dari titik tertinggi pada os sacrum pertama sampai ke tanah.
e)      Tinggi kemudi, jarak tegak lurus dari os sacrum ( sacrale ), tepat melalui tengah- tengah tulang ilium sampai ke tanah.
f)         Tinggi pangkal ekor ialah jarak tegak lurus dari titik pangkal ekor, sampai ke tanah.
g)      Alat yang dipakai untuk mengukur tinggi bagian- bagian tubuh diatas adalah tongkat ukur.

B. Ukuran Panjang :
a.       Panjang kepala jarak dari puncak kepala sampai ujung moncong.
b)      Panjang badan ; diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku ( humerus ) sampai benjolan tulang tapis ( tuber ischii ).
c)      Panjang menyilang badan, jarak yang diukur antara  tulang benjolan bahu sampai tulang duduk disisi lainnya. Diukur dengan memakai pita ukur.
d)     Panjang kemudi; panjang kelangkang; panjang pelvis, jarak antara tuber coxae dan tuber ischii pada sisi sama.
e)      Panjang telinga, jarak antara ujung telinga sampai pangkal telinga bagian dalam. Dapat diukur dengan penggaris atau pita ukur.
f)       Panjang tanduk, diukur dengan pita ukur. Jarak antara ujung tanduk sampai kedasar tanduk.
Selain yang telah disebutkan alat- alatnya, dapat juga digunakan tongkat ukur, jangka sorong atau caliper

C. Ukuran Lebar :
a)      Lebar dada, jarak terbesar pada yang diukur tepat dibelakang antara kedua benjolan siku luar, yaitu tepat pada tempat mengukur lingkar dada.
b)      Lebar pinggang, jarak diukur antara taju horizontal yaitu pada tulang lumbale 3-4.
c)      Lebar pinggul, jarak antara tuber coxae pada sisi kiri dan kanan.
d)     Lebar kemudi, jarak terlebar antara sisi luar kiri dan kanan tulnag pelbis atau os illium melalui os sacrum 3-4.
e)      Lebar pantat, lebar tulang tapis atau lebar tulang duduk, jarak antara kedua benjolan tuber ischii kiri dan kanan.
f)       Lebar kepala, jarak terbesar antara kedua lengkungan tulang mata sebelah atas luar kiri dan kanan.

D. Ukuran Dalam :
Dalam dada. Jarak titik tertinggi pundak ( gumba ) sampai tulang dada dan diukur melalui serta merta dibelakang siku.

E. Ukuran Lingkar :
a)      Lingkar dada. Lingkaran yang diukur pada dada serta merta atau persis dibelakang siku, tegak lurus dengan sumbu tubuh.
b)      Lingkar perut . lingkaran yang diukur di daerah perut.yang memliki lingkaran besar, melalui serta merta di belakang tulang rusuk terakhir dan tegak lurus dengan sumbu tubuh.
c)      Lingkar flank. Lingkaran yang diukur di daerah flank, melalui tuber coxae serta merta depan ambing atau skrotum.
d)     Lingkar pantat, lingkar  round. Lingkaran yang diukur pada pantat, dari tulang patella kiri sampai tulang patella kanan, kearah belakang serta membentuk penampang sejajar dengan lantai.
e)      Lingkar tulang pipa. Lingkaran yang diukur ditengah- tengah tulang pipa, yaitu pada bagian yang terkecil dan terbulat.
f)       Lingkar skrotum. Lingkaran yang diukur pada bagian terbesar skrotum; terlebih dulu skrotum telah ditarik kearah bawah sehingga terdapat kedua testesnya.
g)      Lingkar tubuh.
h)      Lingkar mulut, lingkar moncong. Lingkaran yang diukur tepat pada akhir sudut bibir, ialah pada batas antara kepala dan moncong.

KEADAAN GIGI

Pertumbuhan gigi seri seekor ternak dapat digunakan untuk pendugaan umur ternak. pendugaan  
 umur berdasarkan gigi seri dapat digunakan pada ternak umur 1-6 tahun.
1.      Gigi susu penuh, belum ditemukan gigi seri permanen = dibawah 2 tahun
2.      2 gigi seri permanen = 2 tahun 3 bulan
3.      4 gigi seri permanen = 3 tahun
4.      6 gigi seri permanen = 3 tahun 6 bulan
5.      8 gigi seri permanen = 4 tahun
6.      Gigi seri permanen tampak aus = sapi tua, lebih dari 4 tahun

SIKLUS BERAHI PADA TERNAK



1. PENGERTIAN
Berahi atau estrus atau heat, didefinisikan sebagai periode waktu dimana betina menerima kehadiran pejantan, kawin , atau dengan kata lain dara atau betina sudah aktif aktivitas sexualitasnya. Lamanya waktu siklus berahi dari seekor hewan dihitung dari mulai munculnya berahi, sampai munculnya berahi lagi pada periode berikutnya.

2. PERIODE SIKLUS BERAHI
Lamanya waktu yang digunakan dalam sertiap periode berbeda-beda dalam setiap spesies. Tabel.Karakteristik lamanya Periode dari Setiap Bagian Siklus Berahi pada Beberapa Spesies Hewan Ternak (Bearden dan Fuquqy,1980).

SAPI DOMBA KAMBING BABI KUDA

Siklus berahi (hari) 21 17 20 20 22

Metestrus (hari) 3-4 2-3 - - 2-3

Diestrus (hari) 10-14 10-12 - - 10-12

Proestrus (hari) 3-4 2-3 2-3 2-3 2-3

Estrus (jam) 12-18 24-36 24-36 34-38 96-192

A. ESTRUS
Periode ini dapat ditandai dari tingkah laku hewan yang bersangkutan,seperti:
Ø Berusaha menunggangi sapi lain
Ø Vulva membengkak dan dari vulva keluar lendir yang jernih yang biasanya melekat pada bagian pantat atau flankks
Ø Aktivitas fisik meningkat pada hari berahi, sapi keliatan gelisah ingin keluar kandang
Ø Melenguh-lenguh dan pangkal ekor terlihat sedikit terangkat
Ø Pada sapi betina dara, pada waktu berahisering terlihat vulvanya bewarna sedikit kemerah-merahan

Pada sore hari lama berahinya lebih lebih panjang sekitar 2-4 jam. Saat terjadinya ovulasi bila dihubungkan dengan berahi, pada sapi adalah 10-12 jam sesudah akhir berahi,pada doba pada pertengahan akhir berahi, pada babi sekitar pertengahan berahidan pada kuda satu sampai dua hari sebelum berahi berakhir.

B. METESTRUS (POSTESTRUS)
Periode ini ditandai dengan tidak terlihat tau telah terhentinyaberahi. Sel-sel granulosa folikel dibagian bekas ovum yang berevolusi betrtumbuh dengan cepat membentuk corpus luteum (corpora klutea pada hewan yang multipel ovulasi) dibawah pengaruh LH dari Adenohypophysa. Corpus luteum yang terbentuk menghasilkan progesteron, yang menghambatsekresi FSH. Akibatnya pematangan folikel tertier menjadi folikal de Graaf terhenti. Pada saat ini terjadi perubahan pada uterus untuk menyiapkan diri memelihara perkembangan embrio. Pada sapi selama awal metestrus kadang-kadang terlihat pendarahan (haemorrhagi). Pendarahan ini disebabkan karena pecahnya kapiler yang sangat hiperhaemis pada lapisan epitel dinding uterus akibat penurunan estrogen.

C. DIESTRUS
Periode dietrus adalah periode terpanjang diantara keempat periode siklus berahi.
Periode ini terjadi pada hari kelima pada sapi,pada babi dan domba hari keempat, dan hari kedelapan pada kuda. Dalam periode ini corpus luteum sudah berfungsi sepenuhnya. Endometrium menebal, kelenjer dan urat daging uterus berkembanmg untuk merawat embrio dari hasil pembuahan danuntuk pembentukan plasenta. Bila nmemang terjadi pembuahan keadaan ini berlanjut sealama kebuntingan,dan corpus luteum tetap bertahan sampai terjadi kelahiran, dan corpus lutemnya dinamakan corpus luteum gravidatum. Bila tidak terjadi pembuahan, corpus luteum akan beregrasi. Pada sapi regresi corpus luteum terjadi pada hari ke-16 atau 17 siklus berahi.



D. PROESTRUS
Periode ini dimulai dari saat beregrasinya corpus luteum sampai hewan benar-benar berahi. Pada saat ini hewan telah memperlihatkan tanda-tanda berahi,tetapi belum bersedia untuk melakukan kopulasi. Hal ini mungkin disebabkan karena kadar estrogen yang dihasilkan oleh folikel belum cukup untuk memalingkan kehendak betina untuk menerima hewan jantan. Perubahan alat kelamin bagian dalam, terlihan pada ovariumnya, dimana terjadi pertumbuhan folikel yang cepat sekali dari folekel terties menjadi folikel de Graaf. Uterus dan oviductebih banyak mengandung pembuluh darah dari pada biasanya. Kelenjer-kelenjer endo metrium tumbuh memanjang, cervix mulai merilex dan kelenjer-kelenjer lendir mulai bereaksi.
Berdasarkan kadar hormon yang dihasilkan oleh ovarium, beberapa ahli reproduksi membagi siklus berahi atas 2 fase yaitu:

Ø Fase Estrogenik (fase folikel)
Fase ini menggabungkan fase proestrus dan estrus

Ø Fase Prostegenik (fase luteal)
Fase ini menggabungkan fase Etestrus dan diestrus

3. PENGATURAN SIKLUS BERAHI OLEH HORMON
Pada dasrnya siklus berahi diatur oleh oleh keseimbangan antara hormon-hormon steroid dan protein dari ovarium dan hormonp-hormon gonadotropin dari hipopisa anterior. Progesteron mempunyai suatu pengaruih dominan terhadap siklus berahi. Selama periode diestrus, ketika konsentrasi progesteron tinggi, konsentrasi FSH, LH dan sisa total Estrogen relatif rendah. Saat ini pada beberapa spesies dapat dideteksi adanya pertubuhan folikel, tetapi sangat lambat bila dibandingkan bila yang terjadi 2 atau3 hari menjelang terjadinya ovulasi. Demikian juga selama kebuntingan, konsentrasi progesteron yang tinggi menahan pelepasan hormon-hormon gonadotropin ytanng dapat menyebabkan munculnya tingkah laku berahi. Kejadian ini merupakan kontrol dari progesteron terhadap hormon gonadotropin, dengan mekanisme kerja umpan balik negatif.

Pada akhir diestrus, PGF 2-alpha dari uterus menyebabkan tejadinya regresi corpus luteum. Bersamaan dengan ini terlihat konsentrasi progesteron dalam dalah menurun dengan tajam. Penurunan yang tiba-tiba ini menyebabkan timbulnya rangsangan pada hipofisis anteerior, ditambah deangan hilangnya blokade dari progesteron menyebabkan terjadinya pelepasan FSH,LH dan LTH. Dengan bertumbuhnya folikel, terjadi suatu gelombang estrogen yang menyebabkan munculnya keinginan dan tingkah laku berahi,dan merupakan picu terhadap pelepasan LH oleh hipopisis anterior melalui mekanisme umpan balik positif. Setelah terjadinya ovulasi, di bekas tempat ovum yang berevolusi terbentuk corpus luteum. Menjelang hari ke 4 atau 5 siklus, peningkatan progesteron sudah dapat dideteksi, yang merupakan petunjuk dimulainya periode diestrus. LH dengan LTH merawat corpus luteum untuk berfungsi pada hewan ternak. Lh bekerja untuk mempertahankan funsi ini dengan peningkatan aliran darah melalui corpus luteum. Sebaliknya PGF 2-alpha menutup aliran darah ke corpus luteum yang menyebabkan tidak terjadinya sintesis progestin oleh corpus luteum, dan regresi corpus luteum.

4. PENGENDALIAN BERAHI
Pengendalian berahi adalah adalah usaha manusia agar sekelompok hewan mengalami berahi sesuai dengan waktu yang diinginkan. Penyerentakan berahi dilakukan dengan tujuan efisiensi dan penyesuaian produksi dengan kebutuhan pasar.
Beberapa metoda pengendalian berahi yang telah dicobakan pada ternak antara lain:

a. Penyingkiran korpus luteum (enukleasi corpus luteum)
Melalui palpasi rektal corpus luteum disingkirkan melalui ovarium, dan dijatuhkan kedalam rongga perut. Bila corpus luteum telah tersingkir, hambatan progesteron terhadap pelepasan hormon-hormon gonadotropin tidak terjadi lagi, sehingga terjadi pertumbuhan folikel, berahio dan ovulasi. Namun cara ini berdampak terjadinya adhesio atau pendarahan corpus luteum.
b. Penyuntikan hormon Gonadotropin
Cara ini dilkukan untuk merangsang pertumbuhan folikel, sehingga timbul keadaan berahi dan ovulasi. Gonadotropin disintesis oleh hewan lain. Bila PMS diberikan sebelumperiode berahi normal, kemungkinan akan diikuti oleh ovulasi lipat ganda, dan kemungkinan juga akan menghasilkan pembuahan lipat ganda.


c. Penggunaan hormon Progesteron
Progesteron merupakan blokterhadap pembebasan hormon gonadotropin, yang menyebabkan hewan tetap berada dalam keadaan anesterus karena tidak terjadi pertumbuhan folikel. Jika progesteron digunakan untuk penyerentakan berahi, dosisnya berayun antara 12.5 sampai 60 mg, dan disuntikkan secara intramuskuler tiap hari. Berahi akan muncul 3 sampai 6 hari setelah suntikan dihentikan. Hasilnya terjadi konsepsi 25 sampai 70% bila sapi yang berahi diinmseminasi.
Pemberian progesteron dengan menyelipkan spons yang mengandung progesteron ke dalam vagina selama 10 sampai 14 hari menghasilkan angka konsoopsi yang rendahbila hewan dikawinkan kepada periode berahi setelah spons ditarik keluar.

d. Penyuntikan hormon Esterogen
Digunakan pada ternak yang mengalami hipofungsi ovarium. Bila esterogen diberikan dalam jumlah kecil dapat menyebabkan terjadinya berahi dan ovulasi. Esterogen dalam jumlah kecil secara umpan baljk positif, bekerja meningkatkan LH, yang diperlukan untuk terjadinya ovulasi.

e. Penyuntikan PGF-2alpha
Pemberian PGF-2alpha untuk pengendalian berahi hanya bisa dilakukan kalau corpus luteum sudah terbentuk. Penyuntikan 1x peluang berahinya hanya 80% yaitu 12/20 *100% + 4/20*100% = 80% yang mana 12/20 didapatkan dari keberadaan corpus luteum, yaitu hari ke 5 sampai hari 16 siklus berahi, sedangkan 4/20 adalah periode proesterus, yaitu pada hari ke 17 sampai hari 20 siklus berahi. Agar semua hewan dapat berahi dalam periode waktu yang hampir bersamaan dilakukan penyuntikan kedua, yaitu 11 atau 12 hari setelah penyuntikan pertama. Hewan yang tidak punya corpus luteum pada penyuntuikan pertama’ pada 11 atau 12 hari kemudian sudak punya corpus luteum. Dosis PGf-2alpha untuk sapi 5-10 mg perekor melalui intrauterinum dan 30-35 mg melalui intamuskuler.
Beberapa contoh siklus bertahi pada hewan ternak:

1. KAMBING
Tanda-tanda birahi ternak betina adalah:
1.      Sering mengibas-ibaskan ekornya-
2.      Geliasah, nafsu makan berkurang-
3.      Bibir kelamin luar membengkak, basah berlendir, dan berwarna kemerahan
4.      Suka menaiki temannya
Lama waktu birahi ternak betina : 1-2 hari. Siklus birahi/ munculnya birahi ternak betina
 setiap 19-20 hari.

PERKAWINAN
Syarat ternak dikawinkan :
1.      Sudah mengalami dewasa tubuh atau sudah berumur lebih dari 12 bulan atau telah mencapai beret badan ±25 kg untuk jantan dan ±20 kg untuk betina.
2.      Ternak betina sudah menampakkan tanda-tanda birahi.
A.Kebuntingan
Kebuntingan pada ternak kambing berlangsung selama 150-152 hari atau ± 5 bulan.
Tanda-tanda kebuntingan pada ternak kambing adalah sebagai berikut :
1.      Tidak munculnya birahi pada siklus birahi berikutnya
2.      Lebih tenang dan menghindar jika dinaiki temannya
3.      Ambing tampak menurun dan nafsu makan bertambah
4.      Perut sebelah kanan terlihat membesar
5.      Bulu tampak lebih mengkilat (klimis)

B.Kelahiran
Ciri-ciri kambing melahirkan dan perlu mendapat penanganan kelahiran
Perkiraan kelahiran 2 kali dalam setahun.Bersihkan alat dan daerah kelamin dengan sabun
Bersihkan tangan dan olesi dengan sabun sebagai pelumas
-          Masukkan tangan posisi menguncup kedalam alat kelamin
-          Pastikan posisi tubuh anak normal
-          Kalau tidak normal pindahkan ke posisi yang benar
-          Perawatan anak yang baru lahir

C. PenyapihanDilakukan pada umur 2 bulan
-          Tetap diberi susu melalui botol/dot 3 kali sehari
-          Mulai diajari makan rumput
-          Dilakukan pada umur 2 bulan
-          Tetap diberi susu melalui botol/dot 3 kali sehari
-          Mulai diajari makan rumput
-         
2. DOMBA
Tanda tanda birahi :
-          Sering mengibas-ibaskan ekornya-
-          Geliasah, nafsu makan berkurang-
-          Bibir kelamin luar membengkak, basah berlendir, dan berwarna kemerahan
-          Suka menaiki temannya

PENYIAPAN PEJANTAN
Untuk perkawinan ini diperlukan pejantan yang sehat dan subur serta agresif. Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap organ reproduksi pejantan meliputi testis yang besar dan bentuknya sama antara buah pelir kiri dan kanan serta mempunyai penis yang kokoh dan normal. Kaki kokoh dan tidak cacat. Pejantan ini bila didekatkan dengan betina dia tidak terlihat sangat agresif. Pejantan ini harus diberi makan yang cukup baik agar dapat melaksanakan tugasnya mengawini banyak betina (kurang lebih 20 ekor betina). Letakan pejantan ini dikandang yang jauh dari kandang betina yang akan dikawinkan. Kurang lebih 30 m jauhnya, sehingga memungkinkan dititipkan di kandangtetangga.

MASA PERKAWINAN
Betina yang normal masa birahinya bersiklus setiap 15-17 hari. Satukan pejantan yang telah disiapkan dengan betina yang juga telah disiapkan selama 2 siklus birahi. Pada hari pertama penyatuan antara betina dan pejantan ini, biasanya pejantan sangat agresif mengejar betina. Sementara biasanya betina belum ada yang birahi. Biarkan saja hal tersebut terjadi. Biasanya pada hari ketiga betina mulai tampak ada yang birahi dan mengejar-ngejar pejantan. Makanan pada saat ini harus cukup dan baik agar tidak ada ternak yang kelaparan dan kekurangan makan karena konsentrasi ternak terhadap makanan biasa kurang pada saat ini. Dengan demikian perlu upaya khusus agar makanan tetap ada dalam tempat makanannya. Setelah hari ke 34, ternak jantan dapat dikeluarkan, ditukarkan dengan pejantan tetangga yang sama baiknya. Kalau saat itu harga ternak baik dapat juga ternak ini dijual. Namun berarti untuk keperluan perkawinan yang akan datang kita perlu mencari lagi pejantan lain yang lebih baik.



KEBUNTINGAN
Dengan sistem penyerentakan birahi ini, umur kebuntingan kelompok ternak ini akan relatif sama, sehingga fase fisiologisnya juga sama. Dengan demikian perawatan selama kebuntingan menjadi lebih mudah karena kebutuhan pakan baik kualitas maupun kuantitas antara individu ternak yang satu dengan yang lainnya relatif sama. Pada saat kebuntingan induk memerlukan tingkat protein yang lebih tinggi. Untuk itu saat ini perlu diberikan 3 bagian rumput dan tiga bagian dedaunan . berat tubuh induk harus terus bertambah pada saat kebuntingan ini. Masa kebuntingan seekor ternak domba adalah sekitar 150 hari. Sekitar 6 minggu sebelum beranak kualitas pakan harus lebih ditingkatkan lagi. Untuk itu perlu ditambah dengan biji-bijian atau dedak padi sebanyak 2-3 gelas per ekor per hari. Pada saat ini ternak yang tidak bunting sudah dapat terlihat jelas. Dengan demikian ternak-ternak yang tidak bunting ini dikeluarkan dari kelompok ini. Beri pakan yang lebih rendah kualitasnya agar tidak terjadi pemborosan atau dapat juga dijual.

3. SAPI
Tanda - tanda birahi pada sapi betina adalah :
1.      ternak gelisah
2.      sering berteriak
3.      suka menaiki dan dinaiki sesamanya
4.      Vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B
5.      dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
6.      dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
7.      nafsu makan berkurangGejala - gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik ternak.

ANTRAKS

B. anthracis  adalah bakterium pertama yang ditunjukkan dapat menyebabkan penyakit. Hal ini diperlihatkan oleh Robert Koch pada tahun 1877...