1. PENGERTIAN
Berahi atau estrus atau heat,
didefinisikan sebagai periode waktu dimana betina menerima kehadiran pejantan,
kawin , atau dengan kata lain dara atau betina sudah aktif aktivitas sexualitasnya.
Lamanya waktu siklus berahi dari seekor hewan dihitung dari mulai munculnya
berahi, sampai munculnya berahi lagi pada periode berikutnya.
2. PERIODE SIKLUS BERAHI
Lamanya waktu
yang digunakan dalam sertiap periode berbeda-beda dalam setiap spesies. Tabel.Karakteristik
lamanya Periode dari Setiap Bagian Siklus Berahi pada Beberapa Spesies Hewan
Ternak (Bearden dan Fuquqy,1980).
SAPI DOMBA KAMBING BABI KUDA
Siklus berahi (hari) 21 17 20 20 22
Metestrus (hari) 3-4 2-3 - - 2-3
Diestrus (hari) 10-14 10-12 - - 10-12
Proestrus (hari) 3-4 2-3 2-3 2-3 2-3
Estrus (jam) 12-18 24-36 24-36 34-38 96-192
A. ESTRUS
Periode ini dapat ditandai dari tingkah laku hewan
yang bersangkutan,seperti:
Ø Berusaha menunggangi sapi lain
Ø Vulva membengkak dan dari vulva
keluar lendir yang jernih yang biasanya melekat pada bagian pantat atau flankks
Ø Aktivitas fisik meningkat pada hari
berahi, sapi keliatan gelisah ingin keluar kandang
Ø Melenguh-lenguh dan pangkal ekor
terlihat sedikit terangkat
Ø Pada sapi betina dara, pada waktu
berahisering terlihat vulvanya bewarna sedikit kemerah-merahan
Pada sore hari lama berahinya lebih
lebih panjang sekitar 2-4 jam. Saat terjadinya ovulasi bila dihubungkan dengan
berahi, pada sapi adalah 10-12 jam sesudah akhir berahi,pada doba pada
pertengahan akhir berahi, pada babi sekitar pertengahan berahidan pada kuda
satu sampai dua hari sebelum berahi berakhir.
B. METESTRUS (POSTESTRUS)
Periode ini ditandai dengan tidak
terlihat tau telah terhentinyaberahi. Sel-sel granulosa folikel dibagian bekas
ovum yang berevolusi betrtumbuh dengan cepat membentuk corpus luteum (corpora
klutea pada hewan yang multipel ovulasi) dibawah pengaruh LH dari Adenohypophysa.
Corpus luteum yang terbentuk menghasilkan progesteron, yang menghambatsekresi
FSH. Akibatnya pematangan folikel tertier menjadi folikal de Graaf terhenti.
Pada saat ini terjadi perubahan pada uterus untuk menyiapkan diri memelihara
perkembangan embrio. Pada sapi selama awal metestrus kadang-kadang terlihat
pendarahan (haemorrhagi). Pendarahan ini disebabkan karena pecahnya kapiler
yang sangat hiperhaemis pada lapisan epitel dinding uterus akibat penurunan
estrogen.
C. DIESTRUS
Periode dietrus adalah periode
terpanjang diantara keempat periode siklus berahi.
Periode ini terjadi pada hari kelima pada sapi,pada babi dan domba hari keempat, dan hari kedelapan pada kuda. Dalam periode ini corpus luteum sudah berfungsi sepenuhnya. Endometrium menebal, kelenjer dan urat daging uterus berkembanmg untuk merawat embrio dari hasil pembuahan danuntuk pembentukan plasenta. Bila nmemang terjadi pembuahan keadaan ini berlanjut sealama kebuntingan,dan corpus luteum tetap bertahan sampai terjadi kelahiran, dan corpus lutemnya dinamakan corpus luteum gravidatum. Bila tidak terjadi pembuahan, corpus luteum akan beregrasi. Pada sapi regresi corpus luteum terjadi pada hari ke-16 atau 17 siklus berahi.
Periode ini terjadi pada hari kelima pada sapi,pada babi dan domba hari keempat, dan hari kedelapan pada kuda. Dalam periode ini corpus luteum sudah berfungsi sepenuhnya. Endometrium menebal, kelenjer dan urat daging uterus berkembanmg untuk merawat embrio dari hasil pembuahan danuntuk pembentukan plasenta. Bila nmemang terjadi pembuahan keadaan ini berlanjut sealama kebuntingan,dan corpus luteum tetap bertahan sampai terjadi kelahiran, dan corpus lutemnya dinamakan corpus luteum gravidatum. Bila tidak terjadi pembuahan, corpus luteum akan beregrasi. Pada sapi regresi corpus luteum terjadi pada hari ke-16 atau 17 siklus berahi.
D. PROESTRUS
Periode ini dimulai dari saat
beregrasinya corpus luteum sampai hewan benar-benar berahi. Pada saat ini hewan
telah memperlihatkan tanda-tanda berahi,tetapi belum bersedia untuk melakukan
kopulasi. Hal ini mungkin disebabkan karena kadar estrogen yang dihasilkan oleh
folikel belum cukup untuk memalingkan kehendak betina untuk menerima hewan
jantan. Perubahan alat kelamin bagian dalam, terlihan pada ovariumnya, dimana
terjadi pertumbuhan folikel yang cepat sekali dari folekel terties menjadi
folikel de Graaf. Uterus dan oviductebih banyak mengandung pembuluh darah dari
pada biasanya. Kelenjer-kelenjer endo metrium tumbuh memanjang, cervix mulai
merilex dan kelenjer-kelenjer lendir mulai bereaksi.
Berdasarkan kadar hormon yang
dihasilkan oleh ovarium, beberapa ahli reproduksi membagi siklus berahi atas 2
fase yaitu:
Ø Fase Estrogenik (fase folikel)
Fase ini menggabungkan fase proestrus dan estrus
Ø Fase Prostegenik (fase luteal)
Fase ini menggabungkan fase Etestrus dan diestrus
Pada dasrnya
siklus berahi diatur oleh oleh keseimbangan antara hormon-hormon steroid dan
protein dari ovarium dan hormonp-hormon gonadotropin dari hipopisa anterior.
Progesteron mempunyai suatu pengaruih dominan terhadap siklus berahi. Selama
periode diestrus, ketika konsentrasi progesteron tinggi, konsentrasi FSH, LH
dan sisa total Estrogen relatif rendah. Saat ini pada beberapa spesies dapat
dideteksi adanya pertubuhan folikel, tetapi sangat lambat bila dibandingkan
bila yang terjadi 2 atau3 hari menjelang terjadinya ovulasi. Demikian juga
selama kebuntingan, konsentrasi progesteron yang tinggi menahan pelepasan
hormon-hormon gonadotropin ytanng dapat menyebabkan munculnya tingkah laku
berahi. Kejadian ini merupakan kontrol dari progesteron terhadap hormon
gonadotropin, dengan mekanisme kerja umpan balik negatif.
Pada akhir diestrus, PGF 2-alpha
dari uterus menyebabkan tejadinya regresi corpus luteum. Bersamaan dengan ini
terlihat konsentrasi progesteron dalam dalah menurun dengan tajam. Penurunan
yang tiba-tiba ini menyebabkan timbulnya rangsangan pada hipofisis anteerior,
ditambah deangan hilangnya blokade dari progesteron menyebabkan terjadinya
pelepasan FSH,LH dan LTH. Dengan bertumbuhnya folikel, terjadi suatu gelombang
estrogen yang menyebabkan munculnya keinginan dan tingkah laku berahi,dan
merupakan picu terhadap pelepasan LH oleh hipopisis anterior melalui mekanisme
umpan balik positif. Setelah terjadinya ovulasi, di bekas tempat ovum yang
berevolusi terbentuk corpus luteum. Menjelang hari ke 4 atau 5 siklus,
peningkatan progesteron sudah dapat dideteksi, yang merupakan petunjuk
dimulainya periode diestrus. LH dengan LTH merawat corpus luteum untuk
berfungsi pada hewan ternak. Lh bekerja untuk mempertahankan funsi ini dengan
peningkatan aliran darah melalui corpus luteum. Sebaliknya PGF 2-alpha menutup
aliran darah ke corpus luteum yang menyebabkan tidak terjadinya sintesis
progestin oleh corpus luteum, dan regresi corpus luteum.
4. PENGENDALIAN BERAHI
Pengendalian berahi adalah adalah
usaha manusia agar sekelompok hewan mengalami berahi sesuai dengan waktu yang
diinginkan. Penyerentakan berahi dilakukan dengan tujuan efisiensi dan
penyesuaian produksi dengan kebutuhan pasar.
Beberapa metoda pengendalian berahi yang telah
dicobakan pada ternak antara lain:
a. Penyingkiran korpus luteum (enukleasi corpus luteum)
Melalui palpasi rektal corpus luteum disingkirkan
melalui ovarium, dan dijatuhkan kedalam rongga perut. Bila corpus luteum telah
tersingkir, hambatan progesteron terhadap pelepasan hormon-hormon gonadotropin
tidak terjadi lagi, sehingga terjadi pertumbuhan folikel, berahio dan ovulasi.
Namun cara ini berdampak terjadinya adhesio atau pendarahan corpus luteum.
b. Penyuntikan hormon Gonadotropin
b. Penyuntikan hormon Gonadotropin
Cara ini dilkukan untuk merangsang pertumbuhan folikel,
sehingga timbul keadaan berahi dan ovulasi. Gonadotropin disintesis oleh hewan
lain. Bila PMS diberikan sebelumperiode berahi normal, kemungkinan akan diikuti
oleh ovulasi lipat ganda, dan kemungkinan juga akan menghasilkan pembuahan
lipat ganda.
c. Penggunaan hormon Progesteron
Progesteron merupakan blokterhadap
pembebasan hormon gonadotropin, yang menyebabkan hewan tetap berada dalam
keadaan anesterus karena tidak terjadi pertumbuhan folikel. Jika progesteron
digunakan untuk penyerentakan berahi, dosisnya berayun antara 12.5 sampai 60
mg, dan disuntikkan secara intramuskuler tiap hari. Berahi akan muncul 3 sampai
6 hari setelah suntikan dihentikan. Hasilnya terjadi konsepsi 25 sampai 70%
bila sapi yang berahi diinmseminasi.
Pemberian progesteron dengan
menyelipkan spons yang mengandung progesteron ke dalam vagina selama 10 sampai
14 hari menghasilkan angka konsoopsi yang rendahbila hewan dikawinkan kepada
periode berahi setelah spons ditarik keluar.
d. Penyuntikan hormon Esterogen
Digunakan pada ternak yang mengalami
hipofungsi ovarium. Bila esterogen diberikan dalam jumlah kecil dapat
menyebabkan terjadinya berahi dan ovulasi. Esterogen dalam jumlah kecil secara
umpan baljk positif, bekerja meningkatkan LH, yang diperlukan untuk terjadinya
ovulasi.
e. Penyuntikan PGF-2alpha
Pemberian PGF-2alpha untuk
pengendalian berahi hanya bisa dilakukan kalau corpus luteum sudah terbentuk.
Penyuntikan 1x peluang berahinya hanya 80% yaitu 12/20 *100% + 4/20*100% = 80%
yang mana 12/20 didapatkan dari keberadaan corpus luteum, yaitu hari ke 5
sampai hari 16 siklus berahi, sedangkan 4/20 adalah periode proesterus, yaitu
pada hari ke 17 sampai hari 20 siklus berahi. Agar semua hewan dapat berahi
dalam periode waktu yang hampir bersamaan dilakukan penyuntikan kedua, yaitu 11
atau 12 hari setelah penyuntikan pertama. Hewan yang tidak punya corpus luteum
pada penyuntuikan pertama’ pada 11 atau 12 hari kemudian sudak punya corpus
luteum. Dosis PGf-2alpha untuk sapi 5-10 mg perekor melalui intrauterinum dan
30-35 mg melalui intamuskuler.
Beberapa contoh siklus bertahi pada hewan ternak:
1. KAMBING
Tanda-tanda birahi ternak betina adalah:
1. Sering
mengibas-ibaskan ekornya-
2. Geliasah,
nafsu makan berkurang-
3. Bibir
kelamin luar membengkak, basah berlendir, dan berwarna kemerahan
4. Suka menaiki
temannya
Lama waktu birahi ternak betina : 1-2 hari. Siklus
birahi/ munculnya birahi ternak betina
setiap 19-20
hari.
PERKAWINAN
Syarat ternak dikawinkan :
1. Sudah
mengalami dewasa tubuh atau sudah berumur lebih dari 12 bulan atau telah
mencapai beret badan ±25 kg untuk jantan dan ±20 kg untuk betina.
2. Ternak
betina sudah menampakkan tanda-tanda birahi.
A.Kebuntingan
Kebuntingan pada ternak kambing berlangsung selama 150-152 hari atau ± 5 bulan.
Tanda-tanda kebuntingan pada ternak kambing adalah sebagai berikut :
Kebuntingan pada ternak kambing berlangsung selama 150-152 hari atau ± 5 bulan.
Tanda-tanda kebuntingan pada ternak kambing adalah sebagai berikut :
1. Tidak
munculnya birahi pada siklus birahi berikutnya
2. Lebih tenang
dan menghindar jika dinaiki temannya
3. Ambing
tampak menurun dan nafsu makan bertambah
4. Perut
sebelah kanan terlihat membesar
5. Bulu tampak
lebih mengkilat (klimis)
B.Kelahiran
Ciri-ciri kambing melahirkan dan perlu mendapat penanganan kelahiran
Perkiraan kelahiran 2 kali dalam setahun.Bersihkan
alat dan daerah kelamin dengan sabun
Bersihkan tangan dan olesi dengan sabun sebagai pelumas
Bersihkan tangan dan olesi dengan sabun sebagai pelumas
-
Masukkan tangan posisi menguncup kedalam alat kelamin
-
Pastikan posisi tubuh anak normal
-
Kalau tidak normal pindahkan ke posisi yang benar
-
Perawatan anak yang baru lahir
C. PenyapihanDilakukan pada umur 2 bulan
-
Tetap diberi susu melalui botol/dot 3 kali sehari
-
Mulai diajari makan rumput
-
Dilakukan pada umur 2 bulan
-
Tetap diberi susu melalui botol/dot 3 kali sehari
-
Mulai diajari makan rumput
-
2. DOMBA
2. DOMBA
Tanda tanda birahi :
-
Sering mengibas-ibaskan ekornya-
-
Geliasah, nafsu makan berkurang-
-
Bibir kelamin luar membengkak, basah berlendir, dan berwarna
kemerahan
-
Suka menaiki temannya
PENYIAPAN
PEJANTAN
Untuk perkawinan ini diperlukan
pejantan yang sehat dan subur serta agresif. Perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap organ reproduksi pejantan meliputi testis yang besar dan bentuknya
sama antara buah pelir kiri dan kanan serta mempunyai penis yang kokoh dan
normal. Kaki kokoh dan tidak cacat. Pejantan ini bila didekatkan dengan betina
dia tidak terlihat sangat agresif. Pejantan ini harus diberi makan yang cukup
baik agar dapat melaksanakan tugasnya mengawini banyak betina (kurang lebih 20
ekor betina). Letakan pejantan ini dikandang yang jauh dari kandang betina yang
akan dikawinkan. Kurang lebih 30 m jauhnya, sehingga memungkinkan dititipkan di
kandangtetangga.
MASA PERKAWINAN
Betina yang normal masa birahinya
bersiklus setiap 15-17 hari. Satukan pejantan yang telah disiapkan dengan
betina yang juga telah disiapkan selama 2 siklus birahi. Pada hari pertama
penyatuan antara betina dan pejantan ini, biasanya pejantan sangat agresif
mengejar betina. Sementara biasanya betina belum ada yang birahi. Biarkan saja
hal tersebut terjadi. Biasanya pada hari ketiga betina mulai tampak ada yang
birahi dan mengejar-ngejar pejantan. Makanan pada saat ini harus cukup dan baik
agar tidak ada ternak yang kelaparan dan kekurangan makan karena konsentrasi
ternak terhadap makanan biasa kurang pada saat ini. Dengan demikian perlu upaya
khusus agar makanan tetap ada dalam tempat makanannya. Setelah hari ke 34,
ternak jantan dapat dikeluarkan, ditukarkan dengan pejantan tetangga yang sama
baiknya. Kalau saat itu harga ternak baik dapat juga ternak ini dijual. Namun
berarti untuk keperluan perkawinan yang akan datang kita perlu mencari lagi
pejantan lain yang lebih baik.
KEBUNTINGAN
Dengan sistem penyerentakan birahi
ini, umur kebuntingan kelompok ternak ini akan relatif sama, sehingga fase
fisiologisnya juga sama. Dengan demikian perawatan selama kebuntingan menjadi
lebih mudah karena kebutuhan pakan baik kualitas maupun kuantitas antara
individu ternak yang satu dengan yang lainnya relatif sama. Pada saat
kebuntingan induk memerlukan tingkat protein yang lebih tinggi. Untuk itu saat
ini perlu diberikan 3 bagian rumput dan tiga bagian dedaunan . berat tubuh
induk harus terus bertambah pada saat kebuntingan ini. Masa kebuntingan seekor
ternak domba adalah sekitar 150 hari. Sekitar 6 minggu sebelum beranak kualitas
pakan harus lebih ditingkatkan lagi. Untuk itu perlu ditambah dengan
biji-bijian atau dedak padi sebanyak 2-3 gelas per ekor per hari. Pada saat ini
ternak yang tidak bunting sudah dapat terlihat jelas. Dengan demikian
ternak-ternak yang tidak bunting ini dikeluarkan dari kelompok ini. Beri pakan
yang lebih rendah kualitasnya agar tidak terjadi pemborosan atau dapat juga
dijual.
3. SAPI
Tanda - tanda birahi pada sapi betina adalah :
1. ternak
gelisah
2. sering
berteriak
3. suka menaiki
dan dinaiki sesamanya
4. Vulva :
bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa:
abang, abuh, anget, atau 3 B
5. dalam bahasa
Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
6. dari vulva keluar
lendir yang bening dan tidak berwarna
7. nafsu makan
berkurangGejala - gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali
sehari oleh pemilik ternak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar